Dalam sebuah kursus menulis, seorang trainer meminta kami untuk menulis tentang apa yang kami bisa deskripsikan sebagai “ My Perfect Day” – sebuah hari yang sempurna. Jadi kami tandai sebuah tanggal di masa depan, seolah-olah hari itu pasti akan terjadi. Hampir semua peserta membayangkan diri mereka bersama pasangan, sedang di rumah mengurusi bisnisnya masing-masing sambil menjadi guru untuk anak-anak mereka dengan metode home schooling
Saya sendiri tidak berpendapat bahwa menjadi pengusaha lebih baik daripada menjadi karyawan sehingga menganjurkan orang untuk berbisnis saja. Atau memvonis home school lebih baik ketimbang sekolah formal. Keputusan apapun yang dibuat seseorang sifatnya unik, artinya dia bisa punya alasan tersendiri kenapa cenderung begini atau begitu. Yang menarik, betapa ide berbisnis sendiri dan homeschooling menjadi alternatif yang makin diminati orang. Mungkinkah mereka dianggap sebagai simbol dan refleksi dari kebebasan?
Yang pasti, anda tidak bisa benar-benar bebas tanpa kebebasan finansial. Untuk meraihnya, tabungan dan investasi saja tidak cukup. Dalam kondisi ekonomi yang serba terbatas seperti sekarang ini mengelola cash flow (mengatur arus kas) adalah kuncinya. .
Ketika anda dapat membeli apa saja yang anda inginkan tanpa pusing memikirkan uangnya darimana, anda memiliki kebebasan finansial. Bisakah hal itu kita raih dengan kondisi inflasi menembus 2 digit seperti sekarang? Sementara jatah tabungan & investasi makin berkurang terpakai untuk membeli kebutuhan pokok yang terus melambung.
Bagaimana dengan kondisi sekarang ini anda mendeskripsikan “ My Perfect Day ?” Kebanyakan orang memilih berkompromi, sedikit orang lainnya berjuang melawan realita. Dimana anda menginginkan diri anda berada nanti, dimulai dari apa yang anda deskrispsikan sebagai sebuah hari yang sempurna. Yang saya tawarkan adalah sebuah ide dan konsep, sebuah strategi mengatur arus kas anda dan bagaimana cara ini akan membantu anda sampai kepada hari yang sempurna itu.
Strategi mengatur arus kas tersediri dari 3 tahapan, yaitu : Prioritas – Pengendalian -Pembayaran.
Sebuah cara penggunaan uang yang efisien adalah membelanjakannya dengan anggaran prioritas. Beberapa tulisan-tulisan saya sebelumya menyarankan urutan prioritas dari yang paling atas yaitu : (1) tabungan & investasi ; (2) cicilan hutang jika ada ; (3) premi asuransi yang jatuh tempo ; (4) dan terakhir biaya hidup. Jumlah pembelanjaan keseluruhan tidak boleh melebihi penghasilan. Pos ke empat lah yang paling sulit diatur, sebab masih dibagi lagi ke dalam berpuluh jenis pembelian barang dan jasa dengan jumlah kecil-kecil. Jadi ketika prioritas 1, 2 dan 3 sudah dialokasikan, maka perhatian khusus perlu kita berikan pada prioritas nomor 4, dengan melaksanakan pengendalian
Baca artikel lain yang terkait : “Mengatur Cashflow Dengan Kartu Kredit“
Pada prakteknya pelaksanaan anggaran tidak selalu berjalan mulus, tidak jarang kita menemukan halangan. Terutama saat harga-harga terus berubah dan cenderung naik seperti sekarang. Akibatnya anggaran yang dialokasikan tidak lagi mencukupi kebutuhan akibat perubahan / kenaikan harga tersebut atau karena sebab hal lainnya. Penghematan harus dilakukan dan kita terpaksa memangkas beberapa pengeluaran. Masalahnya tidak semua pos pengeluaran bisa di pangkas dengan mudah. Contohnya belanja dapur jangan dipangkas sembarangan jika tidak mau kurang gizi. Karena itu konsep pengendalian disini meliputi beberapa tehnik pengendalian dengan mempertimbangkan konsekuensi agar tidak sembarangan melakukan penghematan.
Strategi pengendalian itu antara lain :
(a) Pemangkasan artinya melakukan pemotongan atau meniadakan sama sekali suatu pembelanjaan. Contohnya memangkas pengeluaran membeli baju, meniadakan biaya berlangganan TV kabel.
(b) Substitusi artinya mengganti pembelian suatu barang dengan barang lain yang fungsinya sama namun harganya berbeda. Contoh, jika lauk daging mahal, bisa diganti dengan lauk ayam, ikan atau telur. Contoh lain kebutuhan sandang misalnya, dapat disubtitusi dari pakaian bermerk menjadi produk garmen biasa.
(c) Mengurangi frekuensi, artinya mengurangi aktifitas pembelanjaan. Contoh, sebelumnya setiap minggu nonton bioskop dan makan di restaurant, sekarang dilakukan dua minggu sekali saja.
Analoginya seperti mercedez benz yang dikendarai ala sopir metro mini. Maka alat pembayaran dapat membantu lalu lintas traksaksi anda jika memahami kendaraannya. Jika digunakan tidak semestinya justru akan menyusahkan diri sendiri. Untuk membeli berbagai kebutuhan hidup biasanya kita menggunakan dana yang ada dan membayarnya dengan uang tunai. Enaknya, penggunaan uang tunai tidak menimbulkan kewajiban hutang seperti alat pembayaran dengan sistem kredit. Hutang cocok untuk kebutuhan darurat, untuk transaksi dalam jumlah yang terlalu besar jika harus di bayar tunai. Hutang hanya cocok jika anda disiplin dalam mengembalikannya. Jadi berbagai tawaran penghematan melalui kartu kredit seperti diskon belanja dan cashback pembelian bensin, harus anda cermati dengan baik. Program benefit seperti hanya akan memberi manfaat optimal dan benar-benar memberikan janji penghematan ketika kartu kredit di kendarai seperti uang tunai anda sendiri. Bukan uang lebih yang jika kita gunakan kemudian harus dikembalikan berikut bunganya.
Salam,
Penulis : Mike Rini Sutikno, CFP.
Mitra Rencana Edukasi – Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Mitra Rencana Edukasi – MRE Indonesia, Blog Kemandirian Finansial Blog