Dari waktu ke waktu , kita merasakan bahwa kenaikan biaya hidup saat ini menyebabkan pelemahan kemampuan menabung untuk kebutuhan jangka panjang. Di saat yang sama kita juga merasakan dengan semakin bertambahnya usia, tantangan keuangan yang kita hadapi juga berbeda. Mungkin waktu masih lajang belum terpikir membeli asuransi jiwa, begitu sudah punya anak jadi rajin bayar premi asuransi. Hikmahnya, kita jadi bisa berlatih memprakondisikan apa yang akan kita hadapi nanti dari bagaimana kita mengelola masalah keuangan saat ini.
Situasi kantoran pun tak luput mengalami hal ini, dan tiap karyawan menghadapi tantangan keuangan yang berbeda tergantung usia mereka, apakah mereka masih lajang, menikah, punya anak atau menjelang pension. Ini fakta yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam rancangan program manfaat karyawan, sehingga dapat selaras dengan tahapan kehidupan yang dilalui tiap karyawan.
Pikirkanlah. Jika karyawan menghabiskan minimal 8 jam di kantor dari Senin sampai Jumat, itu sudah hampir sama banyak nya dengan waktu yang dihabiskan di rumah mereka. Kantor bukan hanya tempat bekerja, tetapi sudah seperti rumah sendiri dan teman-teman kantor adalah sebuah keluarga besar. Sampai sini semuanya terasa menyenangkan, padahal bisa jadi itu hanya yang nampak di permukaan saja. Sementara tersembunyi stress finansial pada tataran individu yang berpotensi menurunkan kinerja perusahaan. Masalahnya stress finansial sekelompok kecil karyawan dapat menular dengan cepat kepada yang lain. Peranan perusahaan sangat diperlukan dalam hal ini untuk mengarahkan karyawan agar bisa membangun perilaku keuangan yang baik.
Dari hasil penelitian oleh Willis Towers Watson , Survey Perilaku Manfaat Global ( Global Benefits Attitudes Survey / GBAS) di kawasan Asia memperlihatkan hubungan antara stress finansial karyawan dengan performa kerja mereka. Dimana para karyawan di Asia Pasifik dengan masalah keuangan menyatakan bahwa kekhawatiran keuangan membuat mereka tidak bisa bekerja dengan optimal. Andrew Heard , Head of Retirement – Asia & Australia dari Willis Towers Watson mengatakan , “ Banyak dari karyawan yang bersedia untuk bekerja setelah melewatai usia pensiun , agar bisa mengantisipasi kekurangan sumber keuangan di masa pensiun. Mereka inilah yang dijuluki “ pensiunan tersembunyi” – ini bisa berdampak kepada kinerja bisnis sebab mereka cenderung tidak sehat, lebih stress dan kurang engage
Penulis : Mike Rini Sutikno, CFP
Sumber : Willis Towers Watson. “What role can employers play in securing employees financial future in Asia Pacific”