Mitra Rencana Edukasi,  mengungkapkan mengapa pelatihan perencanaan keuangan karyawan di perusahaan seringkali malah membuang waktu dan uang

SMG4

 

Banyak anggapan yang beredar bahwa jika sekali saja perusahaan mengadakan pelatihan perencanaan keuangan, maka masalah keuangan karyawan langsung membaik  secara signifikan. Itu asumsi yang tidak tepat. Ingat, masalah keuangan karyawan hanya bisa diatasi dengan memperbaiki perilaku yang menyebabkannya, dan ini butuh proses. Perilaku keuangan yang baik terjadi secara pelan-pelan bukan instan. Perlu dipahami bahwa pelatihan perencanaan keuangan karyawan adalah jenis pelatihan soft skill  atau pengembangan diri yang membekali karyawan dengan pola pikir, sikap mental dan perilaku keuangan yang perlu dimiliki agar karyawan dapat menghadapi berbagai tantangan ekonomi di masa hidupnya.

Perusahaan juga masih saja menganggap pelatihan perencanaan keuangan  adalah “ One size fits all” dan “One time that’s all”. Ini juga tidak tepat.  Seminar & inhouse training saja tidak cukup, melainkan program perencanaan keuangan secara menyeluruh yang sesuai situasi perusahaan. Perusahaan dari industry yang berbeda menyebabkan perbedaan kebijakan perusahaan dan budaya kerja yang berbeda juga. Terlebih lagi perusahaan adalah organisasi berorientasi bisnis,  pastinya berharap dari investasi yang dilakukan pada pelatihan dapat berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Harapan ini tidak mungkin tercapai jika motivasi perusahaan memberikan pelatihan hanya untuk sekedar menghabiskan budget pelatihan atau sekedar memberikan wawasan. Perusahaan akhirnya cenderung memilih vendor pelatihan dengan harga paling ekonomis daripada memilih  vendor  pelatihan  yang bisa memberikan ROI (return on investment)

 

Kesalahan Yang Dilakukan Perusahaan Dalam Pelatihan Perencanaan Keuangan Karyawan

Pertama, perusahaan tidak menganalisa terlebih dulu apa kebutuhan pelatihan perencanaan keuangannya, seperti :  bagaimana situasi keuangan karyawan pada saat ini dan apa saja masalah keuangan karyawan yang perlu ditindak segera,  apa hasil dari pelatihan yang diharapkan,  siapa yang memerlukan pelatihan dan  materi perencanaan keuangan apa yang harus diberikan.

Analisa kebutuhan pelatihan dapat dilakukan dengan mengadakan Assessment. Beberapa perusahaan bahkan mengadakan Baseline Survey keuangan karyawan sebelum menyusun programnya. Hasil Assessment maupun Baseline Survey bisa memberikan informasi mengenai situasi keuangan karyawan yang sedang berlangsung , dan inilah yang seharusnya menjadi dasar desain program pelatihan.

Desain Program Pelatihan, adalah apa yang perusahaan lakukan sebelum, saat sedang berlangsung dan sesudah pelatihan. Bagaimana perusahaan memastikan agar karyawan mempraktekkan ilmu yang didapat dari pelatihan ? Bagaimana mendapatkan feedback ?  Tehnologi apa yang digunakan?

Tak banyak perusahaan yang menaruh cukup perhatian akan hal ini. Kebanyakan perusahaan menunjuk perusahaan vendor untuk melakukan pekerjaannya.  Para vendor pun memastikan agar pelatihan berjalan dengan meriah dan interaktif. Karyawanpun terhibur dengan pelatihan model begini,  namun tetap saja bingung apa yang harus mereka lakukan setelah pelatihan.

 

Kedua, perusahaan tidak mengevaluasi seberapa baik pemahaman karyawan . Biasanya evaluasi hanya sebatas form feedback  (respon peserta terhadap pelatihan)“. Feed back positif dianggap pertanda karyawan sudah paham. Padahal feedback peserta tidak berkorelasi dengan penguasaan materi.

Evaluasi merupakan bagian integral dari pelatihan. Hal ini penting untuk mengenali indikasi menurunnya pemahaman dari pelatihan keuangan yang telah diberikan. Penilaian harus dilakukan secara terus menerus, baik secara formal dan informal. Atasan langsung dari karyawan adalah orang yang tepat untuk memberikan evaluasi karena mengenal kemampuan si karyawan  dan bisa memberikan penilaian apakah karyawan yang bersangkutan perlu untuk mendapatkan pelatihan kembali.

 

Ketiga, perusahaan  menganggap bahwa tehnologi seperti Mobile Application atau Computer Games dapat menjamin keberhasilan pelatihan. Sekali lagi, simulasi saja tidak cukup. Perusahaan perlu Learning Objective yang spesifik dan tepat, alat ukur evaluasi serta monitoring juga feedback yang jelas.

Keempat, perusahaan mungkin sudah mengadakan pelatihan perencanaan keuangan dari vendor yang paling bagus. Namun  perusahaan bisa jadi tidak siap  memaintain hasil training peserta dan tidak menciptakan situasi yang mendukung agar karyawan dapat mempraktekkan ilmu mereka. Sebuah penelitian dati The American Society for Training and Development menyatakan bahwa , “ Pada saat karyawan kembali ke pekerjaannya, mereka telah kehilangan 90% dari apa yang  dipelajari dalam pelatihan dan hanya ingat 10% nya saja.  Jika karyawan tidak segera mempraktekkan perencanaan keuangan, maka materi yang telah dipelajari  akan hilang. Jika karyawan mendapatkan pelatihan, namun tidak memiliki kesempatan untuk berlatih, akhirnya dia akan kehilangan pengetahuan itu“.

 

Tips Agar Karyawan Termotivasi Mengikuti Pelatihan Perencanaan Keuangan

– Whats next ? Orang Indonesia biasanya malu bertanya saat pelatihan, padahal bisa jadi belum paham materinya. Pelatihan perlu mengajarkan  bagaimana dan di mana informasi perencanaan keuangan selanjutnya bisa diperoleh . Jika karyawan dibanjiri dengan informasi dan konsep, mereka akan melupakan  90% hal tersebut. Karyawan peserta Pelatihan  tidak bisa menghafal semuanya. Pelatihan yang diberikan harus membantu karyawan untuk mendapatkan akses ke informasi – data, petunjuk penggunaan, alamat situs lembaga keuangan – yang dibutuhkan.

– Show the bigger picture ! Agar karyawan termotivasi untuk fokus pada pelatihan, dan tidak melihatnya sebagai beban, perusahaan harus memberikan sinyal bahwa karyawan tidak sendirian dan ini adalah tanggung jawab bersama dimana perusahaan sangat peduli terhadap kondisi keuangan karyawan, menyadari bahwa hal itu amat mempengaruhi motivasi kerja  mereka yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan.

– Whats in it for me ! Perlihatkan kepada karyawan bahwa “ jika saya terlibat dalam pelatihan ini, jika saya tahu lebih banyak mengenai pengelolaan keuangan pribadi, maka itu adalah untuk keuntungan saya. Saya dan keluarga akan lebih makmur “.

 

 

Mike Rini Sutikno, CFP
PT. Mitra Rencana Edukasi – Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Kemandirian Finansial